Dalam Jalan Pembinaan ini, terkadang kita bisa mengalami begitu banyak cobaan dan rintangan. Semua itu datangnya bukan hanya dari lingkungan kita yang tidak berubah atau tidak baik. Juga tidak datang dari ketidak-cocokan kita kepada orang lain, atau karena perbedaan pendapat. Namun kebanyakan cobaan dan rintangan itu datangnya dari dalam diri kita, yaitu akibat dari cara pandang kita yang salah. Di bawah ini ada sebuah cerita, mungkin kita semua bisa memetik sedikit manfaat setelah selesai membacanya. Selamat membaca...
Ada seorang janda, mantan istri pejabat sekaligus wanita pengusaha yang sukses, yang mempunyai seorang anak laki-laki berumur 18 tahun. Anak tunggalnya itulah yang menjadi tumpuan dan harapan janda tersebut.
Pada suatu hari, sang anak meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Janda itu amat terguncang dan sedih atas kematian anaknya. Demikian sedihnya janda itu hingga tidak ada yang mampu menghiburnya. Seharian janda itu resah dan gelisah, dan semalaman ia tidak dapat memicingkan matanya sedikitpun.
Melihat si janda yang tak kunjung sembuh dari kesedihannya itu, seorang sahabat membawanya kepada seorang kakek yang sakti. Ketika bertatap muka secara langsung dengan kakek itu, sambil menangis tersedu-sedu, ia mengisahkan musibah yang menimpanya. Sesudah puas mencurahkan segala isi hati dan perasaannya, janda itu kemudian berkata :
“Kakek, bantulah saya untuk menghilangkan rasa penderitaan yang sedang saya alami ini. Saya sudah tidak kuat lagi.”
Dengan penuh rasa simpati, kakek itu berkata kepadanya :
“Pulanglah ke rumahmu. Ambillah segenggam beras, lalu kembalilah kesini. Aku akan menggunakannya untuk menghilangkan penderitaanmu.”
Si janda segera pulang, dan tak lama kemudian ia kembali ke tempat kakek itu dengan membawa segenggam beras di tangannya. Lalu, si kakek berkata kepadanya :
“Pergilah ke rumah-rumah di kota ini. Kunjungilah semua rumah tanpa kecuali, dari gubuk-gubuk reyot sampai rumah-rumah mewah di kawasan elit. Tanyakanlah kepada setiap penghuni rumah, apakah ada yang belum pernah mengalami kesedihan. Bila ternyata ada, tinggalkanlah sebutir beras di rumah itu.”
Setelah seharian berkeliling mengunjungi semua rumah di kota itu, si janda akhirnya kembali ke tempat si kakek. Tangannya masih menggenggam beras.
“Kakek, belum pernah saya mendengar kisah-kisah penderitaan yang hebat seperti yang saya dengar hari ini. Ada seorang gadis muda belia yang menjadi korban perkosaan orang seorang pria yang dianggapnya lugu dan baik hati, dan kini menjadi hamil sehingga hancur masa depannya. Ada seorang pemuda lulusan perguruan tinggi yang di-PHK dari tempat kerjanya yang gulung tikar karena krisis global dan berniat bunuh diri. Ada juga seorang gadis cantik yang kelewat mempercayai dan mencintai kekasihnya namun ternyata menjadi korban permainan cinta sang pria, sang gadis akhirnya depresi. Ada lagi seorang ibu muda dengan lima anaknya yang masih kecil-kecil, ditinggal oleh suaminya yang terpikat oleh WIL (wanita idaman lain). Ada seorang bapak yang istrinya tewas tertembak oleh anaknya yang main-main dengan senjata api. Ada lagi sebuah keluarga, pemilik perusahaan besar, yang terlilit utang dalam negeri ratusan juta rupiah dan utang luar negeri ratusan juta dolar amerika. Ada juga seorang pemuda yang menjadi korban fitnah dari orang-orang yang dia cintai, sehingga si pemuda menjadi sangat sedih. Mereka semua itu rata-rata mengalami stres kelewat berat.”
“Kakek,” tutup cerita si janda, “Semua rumah yang berhasil saya kunjungi, mulai dari gubuk reyot sampai kawasan elit, menyambut saya dengan kisah sedih dan derita mereka. Jadi, tak sebutir beras pun yang saya tinggalkan.”
Sejak saat itu, si janda itu mulai hidup tenang. Pandangan hidupnya berubah. Ternyata bukan dirinya saja yang menderita, tetapi masih banyak orang-orang disekitarnya yang bahkan jauh lebih menderita darinya. Akhirnya, ia dapat hidup dengan tabah dan hati damai.
Pesan moral : Pandangan hidup mempengaruhi perilaku seseorang. Pandangan hidup yang buruk akan menciptakan perilaku yang buruk, sedangkan pandangan hidup yang baik akan menciptakan perilaku yang baik pula.