Hari ini masih sama seperti hari-hari biasa. Aku sibuk oleh pekerjaanku dan pikiranku masih bercabang-cabang bagai ranting pohon yang gundul. Dalam benakku sekarang ini ada begitu banyak hal yang sedang kupendam dan kucoba mencari jawabannya. Akhirnya aku putuskan untuk menumpang coretan di blog muda-i ini. Setidaknya aku berharap semua coretan dalam tulisan ku ini bisa dibaca dan dimengerti oleh mereka. Ya semoga saja, aku menghela nafas panjang...
Sambil ditemani laptop kesayanganku dan mendengarkan lagu dari Jay Chow yang berjudul "Qi Li Xiang", jemariku menari indah diatas keyboard. Sesekali aku berhenti sejenak, memandang keluar jendela. Ya, aku sedang mencari inspirasi dan kata-kata yang tepat untuk ku coret di blog ini. Aku ingin sebuah kata-kata yang tepat, yang bisa menusuk hati, merontokkan tembok kebuntuan! Aku mulai saja untuk bercerita semua isi dari hati ku ini kepada kamu semuanya. Ku berharap ceritaku ini bisa membuatmu lebih mengerti keadaan hati ku yang senantiasa selalu memikirkan kalian semua.
Aku masih ingat benar hari pertama aku berdiri di depan kalian semua. Ya, waktu itu adalah hari yang cerah dan indah menurut ku. Pagi itu adalah tanggal 7 Januari 2007. Ya, aku masih ingat betul hari itu. Aku ingat dengan detail semua keadaan dan kondisi lintasan lari saat itu. Masih begitu sepi! Hanya ada aku sendiri, dan beberapa orang pemuda yang ada disana. Aku yang saat itu telah begitu bersemangat untuk berlari kencang, terpaksa mengurungkan niat. Aku mengajak beberapa pemuda-pemudi itu untuk berlari perlahan. Kami hanya berlari beberapa putaran saja. Kemudian kami berhenti, kami bernyanyi bersama. Masih ada kesan malu saat kami bersama bernyanyi dan bertepuk tangan, aku masih ingat hal itu. Aku tersenyum saat menuliskan sebaris kata-kata ini. Aku sekarang sedang ada disebuah mesin waktu yang membawaku kembali kemasa lalu.
Lari, lari, dan terus berlari...
Aku ingat, terkadang aku merasa kelelahan. Timbul niatku untuk berhenti, walaupun sejenak. Namun semangat dalam hatiku masih membara membuatku terus berlari, walau perlahan. Aku lihat sekelilingku, mulai banyak pemuda-pemudi yang berada diatas lintasan bersamaku. Sambil berlari, aku menyapa mereka. Aku juga memberi semangat yang aku punya untuk mereka. Aku ajak mereka untuk berlari bersama ku. Perlahan ada beberapa pemuda-pemudi yang mulai berlari bersamaku dan mereka berbaris rapi dibelakangku. Aku tersenyum, hilang semua lelah.
Ketika tiba dilintasan yang penuh batu dan kubangan air, penuh lumpur dan lintah, sebagian dari mereka ingin berhenti berlari. Aku berusaha untuk meyakinkan mereka, walau saat itu hatiku sempat terluka. Karena aku telah sempat berpikir kalau mereka semua itu adalah pemuda-pemudi yang perkasa. Mungkin aku salah? Mungkin juga tidak?! Entahlah... Mungkin yang namanya manusia terkadang ada masa pasang dan masa surutnya. Namun seiring waktu aku mulai belajar untuk memahami mereka. Jadi saat ada lintasan berbatu dan kubangan air penuh lumpur di depan sana, aku segera memompa semangat mereka. Terkadang aku mengajak mereka untuk berlari bersama sambil bercerita dan berbagi.
Tiba-tiba saja aku teringat akan masa-masa sulit dimana aku harus kehilangan seorang pelari terbaik yang sudah berlari bersamaku selama 12 purnama. Dia berhenti dipersimpangan jalan ketika rombongan kami berbelok. Aku yang terus berlari di depan, sesekali melihat kebelakang. Aku terus meneriakkan namanya. Aku juga terus meneriakkan kata-kata semangat untuknya. Namun semakin jauh aku berlari, semakin kecil aku melihat bayangan dirinya. Namun aku belum berhenti berteriak, aku terus memanggil namanya. Aku masih ingat ada saat dimana aku meneteskan airmata dalam doa, saat itu aku merasa aku telah kalah! Ingin sekali aku berhenti saat itu juga, lalu berlari kebelakang untuk meraihnya. Aku ingat, waktu itu rasa ingin berhenti itu sempat lebih besar daripada rasa untuk maju dan terus berlari. Namun segera saja aku tersadar oleh sebuah tangisan anak bayi di sisiku. Aku melihatnya, lalu aku melihat sekelilingku. Ada begitu banyak pemuda-pemudi yang kini berlari bersamaku. Kalau aku berhenti sekarang, bagaimana dengan mereka? Apakah aku harus berhenti sekarang? Kata-kata ini terus mengiyang-ngiyang di telingaku. Kemudian ku putuskan untuk berlari dan terus berlari. Dalam langkah kaki yang berat saat itu selalu ku selipkan doa untuk dirinya. Ku berharap dirinya yang kini jauh tertinggal di belakang segera berlari kembali dan bergabung bersama kami.
Masa itu adalah masa tersulit bagiku. Karena harus kehilangan orang yang terbaik dan masih harus menghadapi begitu banyak jurang cacian, lembah sinis, dan curamnya tanjakan cinta monyet. Namun semua itu sempat terobati ketika aku melihat ke belakang, ada begitu banyak pemuda-pemudi baru yang penuh semangat berlari bersama kami. Diantara mereka adalah pemuda-pemudi yang sudah pernah aku ajak berlari bersama dahulunya ketika kami berjumpa dipersimpangan. Mungkin saja saat itu mereka masih ragu untuk berlari bersama kami. Sesekali aku melihat lukaku, ku buka perban yang membalutnya. Walau masih berdarah, namun sudah ada bagian yang mengering. Aku menghela nafas, sambil mengucap syukur...
Kini rombongan lari kami kian bertambah dan terus bertambah setiap harinya, dan semakin banyak pemuda-pemudi yang mau berlari disisiku. Aku berharap mereka ini adalah pemuda-pemudi yang bisa menyatukan hatinya ke dalam hatiku. Aku juga berharap mereka ini adalah pemuda-pemudi yang akan segera menjadi manusia yang dewasa. Manusia dewasa yang bisa membedakan mana hal yang BAIK, dan mana hal yang TIDAK BAIK. Dalam lubuk hatiku, aku berharap banyak pada mereka. Namun sesekali aku sering menyadarkan diriku sendiri untuk tidak terlalu berharap. Karena... aku takut aku terluka lagi! YA, aku sangat takut terluka lagi. Kian hari aku merasa kalau aku kian pengecut! Aku kian takut kehilangan, aku kian rapuh.
Hai pemuda-pemudi, sapaku kepada mereka yang sedang berlari sambil bercanda. Bolehkah aku pinjam bahumu untuk aku menangis saat aku terluka nanti? Hai pemuda-pemudi bolehkah kalian genggam erat tanganku yang mulai lemah ini. Bolehkan kalian beri aku semangat kini...?
Kemudian aku mulai merasa mengantuk, melihat ke atas langit yang penuh bintang, aku berdoa lalu tertidur.
1 komentar:
mM.. ko ahie.. w agk bingung sich..
tp, w jg agk sdkt ngerti sich..
mungkin makna dan inti dr crt in adlh..
ad seseorng yg lg tdk mempunyai semangat dan ingin mundur yha?
betul bo ko ahie?
Posting Komentar